short story…..


“duh, jam 07.15, masih berdiri di jalan raya nyari angkot. Telat beneran aku…bisa dihabisin ma temen sekelas.” Keluhku sembari melirik ke kiri dan kanan berharap ada angkot lewat. Kupegangi erat-erat dompet yang sedari tadi kupegang karena saking kesalnya aku menunggu angot yang sudah sejak 10 menit lalu kutunggui namun tak ada satupun yang lewat. “ Aahh!!bolos aza deh!Teriakku dalam hati. Namun sesosok malaikat kecil serasa mendatangiku. Teringat aku akan tawa anak-anak panti yang tak punya orang tua di panti asuhan yang kudatangi kemarin bersama teman-teman sekelasku…
Yah, aku dipercayakan oleh teman-teman untuk menerima amanah, yakni memegang dana sumbangan yang kami kumpulkan beberapa hari ini melalui sebuah kegiatan amal.
Rencananya, pulang sekolah bentar kami langsung ngasih sumbangan itu kepada ibu bapak panti untuk diberikan pada anak-anak patni. Mana sebentar ada ulangan fisika, jam pelajaran pertama lagi!
“Gawat!Gawat!Gawat!!!
“ Nah, itu dia ada satu, tapi..penuh sesak gitu…gimana dong cara duduknya?” pikirku sembari menengok isi dalam angkot dan mengkerut-kerutkan jidat yang lebarnya seluas lapangan bola. Untung bisa ketutup pake poni…
“Udah, ah…gak sempat mikir. Bentar aja mikirnya pas udah sampe di sekolah.” Kunaiki angkot dan dengan serta merta duduk dengan terpaksa pada tempat yang hanya sejengkal luasnya. Kulirik lagi jam di tanganku, “Kacau!!!” Teriakku dalam hati. Sudah jam 07.27. Andai saja angkot ini secepat jet, bisa kubayangkan dalam jangka waktu kurang dari 5 menit aku sudah sampai di sekolah dan langsung mengerjakan tugas piketku yang kebetulan bertepatan hari ini. Tapi sayang, aku masuk belajar pukul 07.30. Bisa lolos dari pintu gerbang pun aku sangat bersyukur. “
“Kiri, pak!” teriakku dan langsung membayar ongkosnya tanpa peduli angkot itu belum berhenti.
Pintu gerbang memang sudah ditutup. Pak Jalla, satpam sekolahku yang sebenarnya bernama Pak Haerul tengah menarik pagar besi sekolahku untuk ditutup, ini artinya siapapun yang berada di luar batas pagar sekolah, takan akan boleh lagi masuk ke dalamnya. Sesegera mungkin dengan kecepatan cahaya kulalui celah pintu gerbang yang hampir tertutup semuanya.
“Yes!Yes!Yes sorakku dalam hati.
Belum lagi aku melangkah masuk menuju ke halaman sekolah, aku langsung teringat sesuatu. Sesuatu yang sangat berharaga, sesuatu yang sedari tadi kupegang terus tanpa sedikitpun kulepaskan..
“Tidak! Aku menghilangkan dompetku.”Jeritku dalam hati. Di dalamnya ada uang, ATM, kartu siswa, kartu anggota perpustakaan, kartu anggota dan pengenal OSIS serta PMR. Tapi yang leboh penting lagi, aku menyimpan beberapa kertas curhatanku. Bagaimana kalau ada yang membacanya?
“Gak boleh!!”
Uniknya, dalam dompet itu aku menulis sebuah catatan seperti ini:
“Tolong yah…
Please banget …
Tolong balikin dompet ini ke aku.
Kalau mau ambil uangnya ambil saja
Ni bukannya aku mau dibilang sok kaya, tapi daripada ntar kamu kembaliin terus minta imbalan yang gak aQ tau maunya berapa, mending kamu ambil sendiri…
Tapi yang lain jangan diambil yah!!!
Namaku Murni, selelngkapnya bisa dilihat di kartu siswaku. Bisa dikembalikan langsung, kirim ke rumah ataupun ke sekolah. Terserah, tapi yang jelas dikembalikan. Awas lo kalo gak dikembalikan!!

“hahaah..lucu banget!
“lebay deh….